Pemerintahan

Gelar Festival Mangrove di Romokalisari Land, Gubernur Khofifah: Wujud Penguatan Ekosistem Mangrove dari Hulu ke Hilir, dan Upaya Tercapainya NZE 2060

Gelar Festival Mangrove di Romokalisari Land, Gubernur Khofifah: Wujud Penguatan Ekosistem Mangrove dari Hulu ke Hilir, dan Upaya Tercapainya NZE 2060

( Caption Foto : Tanam 10 Ribu Bibit Mangrove, Lepas Liar 88 Ekor Burung, 5000 Benih Ikan Bandeng, serta 25.000 Benih Udang Vaname)

Kota Surabaya, JATIM II tNews.co.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menggelar Festival Mangrove ke- V di Romokalisari Adventure Land Kota Surabaya, Selasa, (31/10).

Romokalisari Adventure Land sengaja dipilih pada gelaran Festival Mangrove ini, karena dinilai telah memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan mendorong kelestarian ekosistem mangrove dan pesisir.

Didampingi Konjen Kehormatan Inggris, Sekjen Kementerian LHK, Dirjen Percepatan Pembangunan DT, Kemendes & PDTT, Wakil Walikota Surabaya, Kepala Dinas Kehutanan Prov. Jatim beserta undangan VIP lainnya dan juga para pelajar, Gubernur Khofifah memimpin langsung penanaman 10.000 bibit Mangrove.

Tidak hanya itu, Gubernur Khofifah juga menyerahkan 1000 batang tanaman Cemara Udang kepada pengelola lokasi acara. Serta, melakukan pelepasliaran satwa, yakni Burung Air 10 ekor, Burung Tekukur 78 ekor, benih Ikan Bandeng 5.000 ekor dan benih kokolan Udang Vaname 25.000 Ekor.

Dalam sambutannya, Gubernur Khofifah mengatakan Festival Mangrove ini merupakan bentuk upaya Pemprov Jatim dalam rangka memasifkan upaya penguatan eksosistem Mangrove dari hulu hingga hilir. Sekaligus, untuk mewujudkan tercapainya Net Zero Emission (NZE) 2060.

“Terima kasih atas semua kebersamaan yang kita lakukan hari ini. Festival Mangrove ini merupakan bagian dari upaya pencapaian target yang terukur guna mewujudkan Net Zero Emission Tahun 2060,” tegas Gubernur Khofifah.

“Saat ini, sudah banyak seminar untuk menuju NZE 2060. Namun langkah kongkret juga harus dilakukan. Makanya saya lebih banyak mengajak ayo sedekah oksigen. Ayo nandur nandur dan nandur, Ayo rawat, rawat dan rawat. Dengan begitu langkah kita akan terukur dalam mencapai target NZE 2060,” lanjutnya.

Khofifah menjelaskan, saat ini, Jawa Timur memiliki kawasan mangrove seluas 27.221 hektare atau 48-50% dari kawasan mangrove di Pulau Jawa. Berdasarkan data Dinas Kehutanan, kawasan ini merupakan yang terluas di antara provinsi lainnya di Pulau Jawa dan Bali.

“Karena kerapatan mangrove lebat kita 47,26%, mangrove sedang 46, 07% dan mangrove jarang 6,66%. Sementara potensi mangrove Jawa Timur seluas 51.557 hektare,” katanya.

Lebih jauh diungkapkan Khofifah, berdasarkan data Dishut Prov. Jatim sejak tahun 2020 hingga saat ini telah dilaksanakan penanaman mangrove di pesisir Jawa Timur melalui dana APBD, APBN dan dukungan para pihak lainnya seluas 1.930,53 Ha. Dengan jumlah total bibit mangrove sebanyak 6.813.947 batang termasuk kegiatan penanaman di Festival Mangrove Jawa Timur ke-V ini.

Posisi ini sangat penting karena mangrove merupakan tanaman penyangga yang sangat besar manfaatnya bagi lingkungan. Tanaman mangrove bisa memproduksi oksigen dan mampu menyerap karbon lima kali lipat dibandingkan pohon biasanya.

Secara khusus Khofifah juga mengapresiasi hilirisasi yang telah dilakukan oleh para petani Mangrove di Jatim. Salah satunya seperti yang telah mengembangkan sirup mangrove, aneka makanan ringan dari mangrove, juga batik mangrove.

“Bahkan ada Bu Lulut Sri Yuliani dari Surabaya yang mengembangkan batik mangrove sampai jadi souvernir di Presidensi G20 Indonesia,” tegasnya.

“Saya berharap hal semacam ini bisa menjadi best practice semua yang bergerak di sektor mangrove. Ada yang menanam dan ada yang bergerak di sektor hilirisasinya untuk memberikan nilai tambah sehingga ke depan usaha yang dihasilkan tidak hanya dari produk fashion, tetapi ada dari produk makanan dan minuman,” jelasnya.

Lebih lanjut, sinergitas menjaga ekosistem mangrove untuk kepentingan bersama, mulai ekosistem mangrove, ikan, kepiting, udang dan biota lainnya memiliki banyak manfaat untuk masa depan generasi ke generasi harus terus dijaga dan dilestarikan.

“Seperti kata Sunan Kalijogo , Urip iku Urup. Artinya, hidup harus menghidupkan, dimana kita berada harus memberi manfaat bagi sekeliling kita,” tandasnya.

Sementara itu Wakil Walikota Surabaya Armuji menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang telah berkomitmen terhadap pelestarian lingkungan. Khususnya atas penyerahan 1.000 bibit tanaman Cemara udang dari Pemprov Jatim kepada Pemkot Surabaya.

“Kami menyampaikan apresiasi kepada pemerintah provinsi Jawa Timur yang menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup khususnya di Kota Surabaya kami sangat berterima kasih,” ucap Armuji.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Khofifah didampingi Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jatim menyerahkan beberapa penghargaan kepada 15 pihak peduli mangrove. Pertama kategori Pemerintah Kab / Kota, yakni Kota Surabaya, Kab. Gresik, Kab. Banyuwangi, Kab. Trenggalek dan Kab. Sumenep.

Kategori Korporasi diantaranya, PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 3, PT. Bank Jatim, PGN Saka Indonesia Pangkah Lima dan PT PLN (Persero) UID Jawa Timur. Selanjutnya Kategori Pegiat / LSM / Perorangan yang peduli terhadap mangrove sebanyak enam orang.

Selanjutnya, pada kesempatan itu juga dilakukan penyerahan 5.500 Bibit Mangrove dan 78 Burung Tekukur dari Kamadjaja Logistics peduli kepada Pemprov Jawa Timur. Serta penyerahan CSR Bank Jatim peduli program penanaman 17.845 bibit mangrove kepada Dinas Kehutanan Provinsi Jatim yang nantinya akan ditanam di lahan mangrove di Koarmada II.

Di akhir acara Gubernur Khofifah juga berkesempatan meninjau pameran yang terdiri dari 12 Stand UKM, edukasi anak terkait pelestarian mangrove, peninjauan stand stunting. Serta layanan pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar yang dilakukan oleh IKA Unair.

Sebagai informasi, sebelumnya telah diselenggarakan Festival Mangrove Jatim ke-I di Kab. Pasuruan, Festival Mangrove ke-II di Kab. Sampang, Festival Mangrove ke-III di Kab. Sidoarjo dan Festival Mangrove ke-IV di Kab. Trenggalek.

( Pak D Handoko).

Related Articles

Back to top button