Budaya

Menelusuri Bekas Apotik Surabaya Tempo Dulu

SURABAYA, tNews.co.id – Penasaran dengan bangunan lama di pojokan jalan Rajawali (Hereenstraat) dan jalan Branjangan (Boomstraat), saya pada minggu siang yang diselimuti mendung mencoba bisa masuk ke bangunan bertingkat dua itu. Pintu utamanya tutup. Jendela juga tutup. Pertanda kegiatan bisnis yang menjual ATK sedang libur. Maklum hari minggu.

Tapi di samping pintu utama ada warung makanan. Saya pun mampir. Pesan sepiring nasi kare ayam sambil mata lirak lirik menerawang bagian dalam bangunan. Ada tangga kayu yang menjulur ke atas ke lantai dua. Saya pun penasaran untuk melihat bagian lantai dua.

Supaya memudahkan saya masuk dan naik ke atas, saya punya akal. Saya panggil si penjual nasi dan saya tunjukkan foto lama dari bangunan ini ketika masih berfungsi sebagai apotik, tahun 1868. Si ibu penjual langsung memanggil anak dan suaminya untuk mengamati foto lama tentang bangunan yang selama ini ditempatinya.

Suasana pun cair. Mereka senang dan menjadi akrab antara saya sebagai pembeli dan mereka sebagai penjual dan sekaligus yang menempati bangunan ini. Saya pun diundang untuk melihat lihat ke dalam dan ke atas. Setelah selesai makan, saya pun masuk dan naik.

Saya sempat membuat video vlog. Sambil ngevlog, saya mengamati suasana dalam bangunan mulai dari lantai satu hingga atas. Pada ruang lantai satu sudah ada penyekatan ruangan. Ruang tengah dan samping kiri hingga ke belakang disewa pihak lain untuk toko ATK. Ruang itu tidak punya tangga ke lantai dua. Tapi ruang sisi kanan dari ruang utama, yang dipakai usaha warung makan punya tangga ke lantai dua.

Pada bagian ruang tengah lantai satu pada bangunan ini terdapat tembok dengan relung yang sepertinya sebagai kontruksi penyangga bangunan lantai dua. Maklum bangunan ini tidak memiliki kontruksi tulangan besi.

Dari lantai satu, saya naik ke lantai dua. Tanggalnya masih utuh mulai dari reiling tangga hingga anak tangga. Bahannya terbuat dari kayu jati pilihan dan pengerjaannya pun juga rapi. Jeruji anak tangga terbuat dari besi.

Sesampainya di lantai dua, lantainya terbuat dari papan papan jati. Kelihatan tua dan keras. Permukaannya mengkilat. Berwarna coklat ke hitam hitaman. Ruang lantai dua Los. Tidak ada sekat sekat kamar, kecuali di bagian belakang. Hanya ada satu kamar, yang sepertinya baru.

Di lantai dua inilah terdapat bekas pembatas ruang kerja. Pada bagian lantai kayu ada bekas kusen pintu yang digergati. Pada tembok terdapat bekas sekat kamar kerja yang tingginya setengah tembok. Di setiap bekas ruang kerja ini ada jendela tinggi dan lebar sehingga di siang hari pencahayaan alami bisa menerangi ruangan. Pun demikian dengan sirkulasi udara yang bisa menyegarkan ruangan karena ada bukaan jendela jendela yang lebar dan tinggi. Meski tidak ada AC, penataan sirkulasi udara masuk bisa membuat ruangan tidak panas.

Bangunan ini kaya akan kayu. Kayu jati pilihan. Meski untuk kontruksi plafon lantai dua, pengerjaannya pun luar biasa. Plafon nya masih bisa membuat mata segar. Apalagi kalau melihat pemandangan jalan dari balkon.

Foto / Tempo Doloe

Pada foto lama tahun 1868, balkon ini menjadi tempat kongkow kongkow. Seperti nampak pada foto lama koleksi KITLV, terlihat orang orang Eropa, mungkin Belanda, meningmati pemandangan jalan Hereenstraat. Sekarang, balkon ini dipakai sebagai kamar penghuninya.

Menurut penghuninya yang belum tau dulunya bangunan ini sebagai apa, mereka sempat bercerita kepada saya bahwa mereka pernah ditampaki oleh sosok nonik Belanda mengenakan gaun putih panjang. Kadang mereka mendengar langkah kaki sedang menaiki tangga. Juga mereka pernah mendengar suara tangisan perempuan.

Mereka pernah dibuat bingung oleh pengalaman hilangnya salah satu anak mereka ketika masih berusia 3 tahun. Kini anak itu sudah besar. Alkisah, sepasang orang tua itu menyaksikan anak mereka masuk ke bangunan ini. Mereka pun juga masuk seperti biasa. Ketika mereka memanggil dan mencari si anak, anak ini “hilang”. Mereka mencarinya ke semua tempat dan sudut ruangan baik di bawah maupun di lantai atas. Mereka bingung karena si anak gak ada. Si anak tidak menyahuti panggilan orang tua. Anak itu hilang. Di ibu sempat pusing dan menangis.

Di saat sudah sangat dan super bingung, tiba tiba si kecil itu muncul dari belakang si ibu. Si kecil bilang bahwa dia habis bermain dengan anak anak Belanda sebayanya. Saya bilang ke mereka bahwa kejadian kejadian itu adalah proses perkenalan antara manusia (mereka) dengan mereka di alas astral.

Setelah selesai eksplore dan ngevlog, saya turun dan sempat mencicipi rujak tolet gula merah petis madura buatan jebbing jebbing Madura. Pedaaas sekali. Hanya dua potong nanas lalu menghabiskan teh lalu pamit. ( Ari ).

Related Articles

Back to top button